CC ke Komisi IX DPR RI Gedung Nusantara I Lantai 19 DPR RI Jalan Gatot Subroto Jakarta Pusat

 


CC ke Komisi IX DPR RI gedung Nusantara I lantai 19 DPR RI Jalan Gatot Subroto Jakarta Pusat diterima oleh Dr. H. Saleh Partaonan Daulay, M.Ag., M.Hum., M.A. beliau adalah politikus dan akademikus Indonesia dari Partai Amanat Nasional.

Membahas pentingnya Komunikasi yang baik pada masa perang maupun Situasi damai, Komunikasi yang efektif dan efisien dapat membantu membangun hubungan yang erat antara individu atau kelompok. Hal ini menciptakan suasana harmonis dan meningkatkan kekompakan.

Komunikasi yang baik tentunya akan berujung pada situasi damai, mensyaratkan tiga hal dalam komunikasi untuk perdamaian, yaitu penerimaan, mutualisme, dan identitas yang sama. Penerimaan berarti pihak-pihak yang berkomunikasi memiliki komitmen untuk saling mendengar apa yang disampaikan pihak lain. Yang dimaksud dengan mendengar tentu bukan hanya menggunakan telinga untuk menerima suara pihak lain yang berbicara, melainkan juga mendengar berarti mau memberikan perhatian penuh dan memahami pesan yang disampaikan pihak lain.

Menurut Saleh komunikasi harus tetap terjalin tidak boleh putus baik dalam situasi damai maupun perang tidak hanya itu kamunikasi antar kelompok antar keluarga harus dijaga biasanya perdamaian dapat dicapai dengan komunikasi yang baik,  komunikasi di ranah militer tidak hanya disatuan saja tapi antar satuan terhadap masyarakat, aparat pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh agama dan komunitas lain ujarnya. 

Dalam berkomunikasi harus ada mutualisme berarti ada pemahaman bahwa komunikasi bertujuan membawa kebaikan bagi kedua pihak. Jika kita memaknai komunikasi ialah bentuk dari aktivitas belajar, pihak-pihak yang berkomunikasi akan memahami bahwa mereka semua mendapat pembelajaran dari komunikasi yang mereka lakukan. Kesamaan identitas berarti semua pihak yang berkomunikasi menyadari bahwa mereka semua memiliki identitas yang sama sebagai pendengar dan pembelajar sehingga dalam proses komunikasi tersebut mereka tidak melihat diri menjadi superior, yang akan mengakibatkan ketidaksetaraan posisi dalam komunikasi dan mengakibatkan ketimpangan hasil. Bisa jadi, dengan ketidaksetaraan tersebut, yang dihasilkan ialah perintah otoritatif dan tidak membuka ruang diskusi.

Komunikasi yang damai hanya akan terjadi ketika kita mempraktikkannya. Penerimaan, mutualisme, dan pembangunan kesamaan identitas tidak hanya untuk dipahami, tetapi lebih penting lagi ialah juga untuk dipraktikkan. Ketiga komponen tersebut harus dipraktikkan terus-menerus sehingga setiap individu bisa merasakan manfaat dari komunikasi yang damai tanpa melihat perbedaan suku, ras dan agama dan latar belakang pungkasnya.


Komentar